River

Jumat, 24 Desember 2010

Warga Desa Naga Kesiangan, Mereka Dapat Perlakuan Berbeda Dua Perkebunan


Minggu (14/11), penulis bersama teman dari Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Wampu-Ular Dinas Kehutanan Sum. Utara, serta beberapa teman lainnya dari Forum DAS Padang, menyusuri perkampungan di bantaran Sei Padang. Satu di antara desa tepian sungai yang kami susuri, adalah Desa Naga Kesiangan, Kec. Tebingtinggi, Kab. Serdang Bedagai.

Tujuh dusun di desa itu, semua berada di tepian Sei Padang dengan kondisi tanah perbukitan. Jumlah penduduknya mencapai 3100 jiwa dari 897 kepala keluarga. Hanya bedanya, enam dusun yakni Dsn. I, III, IV, V, VI dan VII, berada di sisi sebelah aliran Sei Padang dan satu dusun lagi, yakni Dsn. II berada di seberang sungai yang terpisah dari keenam dusun itu. Keenam dusun, selain berdampingan dengan Sei Padang juga berbatasan dengan areal Kebun Pabatu PTPN IV. Sedangkan Dsn. II berbatasan dengan areal Kebun Gn. Pamela PTPN III.

Perbedaan bertetangga dengan perkebunan, ternyata bermakna besar bagi kehidupan dan masa depan warga Desa Naga Kesiangan, misalnya dalam soal pendapatan (income). Pengakuan Kades Naga Kesiangan Suprayetno, sungguh mengejutkan, karena ada perbedaan mencolok antara keenam dusun itu dengan Dsn. II. “Kalau di dusun II warganya lebih sejahtera, karena hasil kebun jeruk nipis mereka,” cetus Suprayetno.

Diungkapkan, sejak beberapa tahun belakangan warga Dsn. II Desa Naga Kesiangan, mendapat bantuan bibit, permodalan serta bimbingan penanaman jeruk nipis dari Kebun Gn. Pamela PTPN III. Program Corporate Social Responsibility (CSR) perkebunan itu, diarahkan bagi peningkatan pendapatan warga Dsn. II. Hasilnya, kata Kades itu, saat ini dusun terpencil itu, menjadikan jeruk nipis sebagai hasil utama perkebunan mereka. “Kalau sudah panen, yang mengangkutnya bisa pakai mobil peti kemas,” kata Suprayetno.

Tak sampai di situ, Kebun Gn. Pamela PTPN III berbasis pengelolaan Roundtable On Sustainability Palm Oil (RSPO) serta ISO 14001 juga melakukan pengembangan tanaman hutan di area bantaran sungai, kata Kades Naga Kesiangan itu. “Dalam minggu ini mereka menanam berbagai jenis tanaman hutan di bantaran sungai,” aku Kades itu. Mereka menanam pada areal 50 meter dari bibir sungai Sedangkan pada lahan-lahan yang terlantar, warga diberi kesempatan untuk memanfaatkannya. Pokoknya, Kebun Gn. Pamela PTPN III, diakui Kades itu banyak memberi manfaat pada warga Desa Naga Kesiangan. Beberapa warga desa itu, mengakui keterangan sang Kades.

Tapi, tak demikian halnya dengan keenam dusun yang berbatasan dengan Kebun Pabatu PTPN IV. Warganya, menilai pihak perkebunan tak peduli dengan tetangganya. Poniman, tokoh masyarakat desa itu, mengaku kecewa karena minimnya perhatian Kebun Pabatu terhadap desa itu. Ketua proyek PNPM itu, menyontohkan adanya permintaan warga Dsn. I untuk memanfaatkan areal rawa-rawa yang tak ditanami kebun untuk dimanfaatkan warga. Namun, nyatanya permintaan warga itu tak pernah disahuti. Hingga kini, rawa-rawa itu tak bisa diberdayakan. Padahal, saluran pembuangan air rawa-rawa pada saat musim hujan, mengalir di perkampungan itu. “Itu Cuma contoh, banyak lagi hal lain yang mereka tak peduli,” cetus Poniman.

Kades Suprayetno mengakui hal itu. Menurut dia, Kebun Pabatu PTPN IV sejak lama tidak pernah peduli dengan masyarakat sekitarnya. “Sudah berkali-kali proposal permohonan kami masuk, tak ada yang dicairkan. Padahal, untuk rehab rumah ibadah, atau perbaikan jalan,” cetus Kades itu.

Itu sebabnya, warga enam dusun itu umumnya tidak menunjukkan sikap bersahabat dengan Kebun Pabatu. Misalnya, di sekira awal reformasi, sempat terjadi sengketa lahan antara Kebun Pabatu dengan warga Desa Naga Kesiangan. Namun lahan seluas 200 Ha lebih yang diklaim warga, berhasil dibebaskan kebun dengan cara-cara tertentu.

Minimnya perhatian perkebunan terhadap enam dusun itu, berkorelasi pula dengan kerusakan lingkungan bantaran Sei Padang. Sebagai salah satu akibatnya, warga di Dsn.I dan dusun lainnya menjadikan perbukitan di bantaran sungai serta pasir sungai, sebagai sumber mata pencarian. Diperkirakan, ribuan ton pasir perbukitan di desa itu telah dikeruk, sehingga perbukitan itu menjadi lahan tandus. Bahkan, beberapa usaha galian C juga beroperasi di sejumlah dusun.

Selain itu, bantaran sungai mengalami kerusakan terus menerus. Salah satu penyebabnya, adalah penanaman tanaman semusim pada lahan miring, sehingga rentan terhadap erosi. Dari pantauan, umumnya lahan bantaran dengan kemiringan hingga 70 derajat, ditanami pohon singkong. Akibatnya, banyak lahan penduduk yang hilang karena erosi. “Di sini banyak warga yang punya sertifikat tanah, tapi lahannya tak ada,” ungkap Poniman.

Kades Naga Kesiangan Suprayetno, mengakui andai saja Kebun Pabatu mau memperhatikan kehidupan warga Desa Naga Kesiangan, ke depan akan sangat menguntungkan bagi produktifitas kebun. Warga berharap Kebun Pabatu bisa menyontoh Kebun Gn. Pamela yang memperhatikan warga Dsn. II Desa Naga Kesiangan. “Kadang kami heran, sama-sama perkebunan tapi perlakuannya berbeda satu dengan lainnya,” tandas dia.

Saat ini, PTPN IV tengah berusaha menjadikan Kebun Pabatu sebagai sebagai salah satu kebun andalan meraih RSPO dan ISO 14001. Jika itulah yang jadi harapan, saatnya manajemen Kebun Pabatu PTPN IV lebih care dengan warga Desa Naga Kesiangan. Mereka tidak butuh perhatian lebih, tapi setidaknya bisa menikmati setitik hasil dari palm oil yang tumbuh subur di sekitar kampung mereka. Plus, akan mengurangi tingkat kerusakan bantaran sei Padang di areal kelas I yang kini kondisinya kian memprihatinkan. Semoga saja…Abdul Khalik

LIMBAH KAYU : Pengusaha sawmill membuang limbah kayu begitu saja ke
sungai Padang. Sudahlah merusak hutan, pengusaha ini juga mencemari sungai. Pemkab Sergai sepertinya tak peduli dengan tindakan perusakan lingkungan oleh pengusaha ini. Foto direkam, belum lama ini.(River2000/Ist)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar