River

Jumat, 24 Desember 2010

Puluhan Species Biota Air Tawar Di Berbagai Sungai Sergai Punah


TEBINGTINGGI (Waspada): Hasil survey yang dilakukan Pemkab Serdang Bedagai pada 2006, mengungkapkan puluhan species biota air tawar di berbagai sungai di kabupaten itu, mengalami kepunahan dalam 25 tahun terakhir. Pada 1970/1980 an diperkirakan terdapat 27 species biota sungai yang berkembang biak. Namun, dari survey dengan responden pemancing di berbagai kecamatan, saat ini, hanya tinggal tujuh species biota sungai saja yang tersisa.

Hal itu diungkapkan Wakil Bupati Sergai Ir.H.Sukirman, Selasa (20/9), dalam acara Focus Group Discussion “Rencana Aksi Penyelamatan DAS Terpadu DAS Padang” yang diselenggarakan BP DAS Wampu-Ular, di aula Sulthan Sulaiman, komplek kantor Bupati Sergai. Tampil sebagai pemakalah Ketua Forum DAS Sumut Prof Dr. Abdul Rauf, MS dan Kepala BP DAS Wampu-Ular Ir. G Siboro. Dihadiri puluhan peserta instansi terkait dan aktifis lingkungan dari Sergai dan Tebingtinggi.

Sukirman, mengatakan hilangnya biota sungai merupakan salah satu indikasi telah terjadinya kerusakan parah di berbagai sungai yang ada di daerah itu. Karena itu wajar, kata Wakil Bupati mengutip pernyataan Kepala BP DAS Wampu Ular Ir G. Siboro, saat ini kondisi DAS, khususnya DAS Padang, mengalami sakit keras. “Sakit keras itu, sama dengan kondisi koma. Kalau sudah koma apa lagi bisa memberikan manfaat bagi manusia,” ujar Sukirman.

Selain itu, dalam sambutannya Wakil Bupati Ir. Sukirman yang dikenal sebelum jadi pajabat sebagai aktifis LSM lingkungan, mempersoalkan pula tidak terjadinya match (saling terkait) antara peraturan yang ada dalam pengelolaan lingkungan hidup.Misalnya, antara PP No.38 Tahun 2007 dan PP No.41 Tahun 2007. Pada PP pertama, persoalan lingkungan hidup merupakan prioritas tiga setelah pendidikan dan kesehatan. Namun, pada PP yang mengatur tentang struktur birokrasi, intitusi yang menangani lingkungan hidup hanya berada pada eselon III. “Ini jelas tak matching, karena eselon III kurang memiliki wibawa dalam penanganan di lapangan,” ujar Sukirman.

Ketua Forum DAS Sumut Prof. DR Abdul Rauf MS, dalam pemaparannya membeberkan sejumlah permasalahan yang terjadi di DAS Padang, berdasarkan identifikasi di lapangan. Diantaranya, bagian tengah DAS didominasi oleh lahan perkebunan sawit dan karet (perkebunan negara, swasta dan rakyat). Kondisi itu, menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan tanah menyerap air, menahan air dan menyimpan air. Gawangan panen pada perkebunan sawit dan karet, umumnya membentuk alur, sehingga jadi tempat terkonsentrasinya dan jadi laur mengalirnya air saat trun hujan. Keadaan kian parah saat terjadinya land clearing dan land cleansing, sehingga kemampuan tanah menahan air makin kecil.

Di bagian hulu DAS berupa pertanian lahan kering bercampur semak dan pertanaman campuran antara tanaman tahunan dan musiman. Di beberapa tempat terdapat cekungan yang digunakan untuk sawah, juga adanya perkebunan kelapa sawit. Kemudian kawasan hutan lindung di sekitar Gn. Simbolon Register 1/SM (Nagori Durian Bagal) telah banyak diusahai masyarakat.

Atas berbagai permasalahan yang ditemukan itu, diusulkan rumusan rencana pengelolaan DAS Padang terpadu, terdiri dari tiga bidang kegiatan, yakni vegetasi, sipil teknis berbasis lahan dan sipil teknis berbasis alur sungai. Berbagai kegiatan itu meliputi sejumlah aksi berjangka waktu pendek, menengah dan panjang.@

PUNAH :Puluhan spesies ikan sungai di Kab. Sergai dan Tebingtinggi punah selama 30 tahun terakhir. Awalnya terdapat 36 jenis spesies,kini hanya tersisa beberapa jenis saja lagi. Hingga kini belum ada itndakan konkrit melestarikan spesies ikan sungai. Sei Padang sebagai sumber ikan tawar.(River2000/Ist)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar